Reportase "Bagurau Di Tamasya"



Sebelum memulai reportase ini saya akan mencoba untuk menceritakan tentang bagaimana proses terbentuknya gig "Bagurau Di Tamasya". Berawal dari sebuah rencana untuk membuat gig yang jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk kota, maka munculah sebuah ide sederhana untuk mewujudkan acara seru - seruan bertemakan tamasya ini, tidak hanya sekedar gig, namun kemping dan malam keakraban menjadi agenda yang g' kalah penting. Gig ini hanya membutuhkan waktu lebih kurang dua minggu ketika teman - teman dari "Baiyo Iyo Kolektif" sebuah organizer dari scene Permindo Street Punk sudah mulai bergerak untuk mencari tempat yang tepat, dan dipilihlah bekas parkiran dari sebuah rumah makan yang sangat terkenal di masa kejayaannya, ya rumah makan Goyang Lidah yang telah lama bangkrut dan meninggalkan lokasi tersebut, lapangan parkir yang luas dikelilingi dengan pemandangan elok dari bukit barisan yang sangat hijau dan sungai kecil yang mengalir, g' salah lagi ini adalah tempat yang pas.

Berbagai persiapan telah dilakukan mulai dari survei lokasi, berkompromi dengan pemuda setempat dan beberapa urusan perizinan yang ternyata g' se ribet mengurus KTP, namun sepertinya waktu yang sempit dan banyaknya gig dalam beberapa minggu ini cukup menguras energi beberapa band yang biasanya cukup giat mengikuti gig DIY yang pernah ada di kota Padang, sehingga pihak organizer cukup kesulitan untuk mencapai target band yang tentunya menjadi modal utama untuk menutupi biaya produksi dari gig ini. Tapi ya sudahlah, pihak organizer sudah siap dengan segala resiko yang akan terjadi and the show must go on!



Sabtu hari yang ditunggu - tunggu telah datang dan saya bersiap - siap menuju ke TKP, beberapa persiapan untuk melawan udara dingin telah disediakan, mulai dari sleeping bag dan perlengkapan pendukung lainnya. Untuk menghindari macet yang cukup parah saya memutuskan untuk berangkat tengah malam karena jalan ini dibuka tutup akibat perbaikan jalan Padang - Solok yang sudah berlangsung lebih dari setahun tapi tetap saja belum selesai, sebuah pergerakan yang sangat lambat. Hujan mengiringi langkah saya hingga sampai ke lokasi tepat pada pukul satu dini hari, setibanya di lokasi tenda yang sangat besar telah terlihat berdiri dan sebahagian dari teman - teman telah sampai di lokasi, namun ternyata tenda barak yang memang direncanakan sebagai shelter dan tempat tidur udah basah akibat hujan, dan sepertinya rencana untuk tidur didalam tenda gagal karena tanah telah berubah menjadi lumpur, kejadian yang membuat suasana di malam itu menjadi semakin intim.

Karna hujan belum berhenti, akhirnya bangunan bekas rumah makan dijadikan sebagai shelter darurat, udara yang sangat dingin membuat kopi dan teh panas sangat membantu di saat itu dan percakapan seru adalah menu utamanya, ternyata dari tadi sebahagian teman - teman dan ibu - ibu PKK telah sibuk memasak di dapur umum dan saya telah siap untuk menu dini hari ini, waktu yang tepat dan langkah yang cukup mujur bukan. Selang beberapa menit makanan sudah siap untuk dihidangkan, ya "balanjuang" begitulah orang Padang menyebutnya, sebuah tradisi makan bersama yang pasti akan kalian temui di setiap daerah manapun. Makan telah selesai, istirahat sejenak dan waktunya untuk tidur karna banyak perkerjaan yang menanti di pagi hari.

Suasana di tempat ini sangat seru, udara yang dingin dan pemandangan yang indah membuat saya sadar bahwa ternyata kota jauh lebih liar dari pada alam liar, dibangunkan oleh udara yang sangat dingin lebih kurang pada pukul lima pagi saya telah siap untuk memulai hari ini, ternyata sleeping bag sangat membantu meskipun saya tidur di depan pintu rumah orang yang g' saya kenal. Sebahagian besar dari teman - teman sudah bangun, dan mereka bermain bola untuk melawan dinginnya udara pagi, dan sepakbolapun berubah menjadi arena canda tawa, g' kebayang deh kalau liga profesional seperti ini.

Posisi tenda kembali dirobah karna dirasa kurang pas, stage dadakan pun dibuat dengan memanfaatkan benda apa saja yang ada di sekitar, cuaca di pagi hari itu sangat cerah dan pihak organizer cukup yakin untuk tidak membuat atap yang melindungi alat dan sound karena tenda yang sudah dipersiapkan untuk melindungi alat musik dari hujan ternyata tidak layak untuk dipakai, namun rencana cadangan telah dipersiapkan dengan menyediakan terpal yang sangat besar dengan harapan hujan tidak terlalu lebat dan lama tentunya, seandainya hujan cukup lama dan lebatpun sebuah gudang pengolahan pupuk bisa dipakai untuk dijadikan venue dadakan dan semua sudah siap dengan resiko yang akan terjadi. Gig direncanakan dimulai pada pukul 16.00 WIB dan pihak organizer sengaja melepar isu untuk memulai lebih awal karna takut banyak yang terjebak macet. Lokasi telah siap, alat sudah oke dan tinggal menunggu teman - teman yang akan datang ke lokasi.


Sial memang, sepertinya cuaca sangat usil belakangan ini, setelah semua persiapan yang cukup, lebih kurang pada jam dua siang tiba - tiba langit berubah menjadi gelap dan hujanpun turun dengan derasnya, respon cepat dari teman - teman langsung terlihat, terpal yang disediakan langsung di gelar untuk melindungi alat agar tidak basah dan saya merasakan bagaimana setiap orang bahu membahu untuk menolong melindungi alat tersebut, hujan yang semakin deras disertai angin yang kencang membuat terpal tidak sanggup untuk menahan hujan, ini saatnya untuk memakai rencana cadangan, memindahkan alat ke gudang pengolahan pupuk, satu persatu alat di bongkar kembali dan dimasukan ke dalam gudang yang ukurannya cukup luas untuk dijadikan venue dadakan. Ternyata cobaan tidak berhenti sampai di situ, tidak adanya saluran air dan gudang yang hanya ditutupi seng plat, membuat air mengalir ke dalam venue dadakan, banjir memang dan hampir saja beberapa set alat kena sapuan air, dan lagi - lagi saya merasakan semangat kebersamaan yang sangat kuat, siapapun anda, punk rockers, hardcore kids, metal head, sepertinya nilai - nilai kolektif benar - benar berbicara disaat itu. Dengan membuat saluran dadakan, memanfaatkan tanah dan apa saja yang bisa digunakan, akhirnya air bisa dialihkan.


Telat satu jam dari rencana yang dijadwalkan, pukul 17.00 WIB hujan masih belum berhenti juga, namun acara harus dimulai. Gig ini dibuka dengan penampilan Path Of Death band metal yang berangotakan pemuda - pemuda segar, seakan memberikan semangat lewat aksi mereka karena apapun halangannya gig ini harus terus berlanjut. Optimisme teman - teman yang hadirpun menjadi semakin terbakar setelah salah satu band crust/d'beat dari scene permindo "Gembelity" menghantam lewat lagu "Bombardir - Lakukan Atau Mati", keras, cepat, spontan dan rapi... ah dua jempol rasanya tidak berlebihan disematkan kepada band yang baru saja terbentuk ini, ditunggu di gigs berikutnya bro!

Waktunya Lorenk Rusuck mengerinda, liar dan atraktif, vokalisnya yang imut dan sangat komunikatif lewat orasinya yang tajam, membuat kita lupa bahwa hujan masi lebat di luar sana dan lagu AIDS(Anak Indonesia Dalam Sengsara) menjadi track terakhir yang mereka bawakan. ATTF yang disingkat dengan Attack To The Front (eh kebalik), membawakan lagu mereka yang berjudul "Militer Pembunuh", jadi teringat akan topik yang sangat hangat diperincangkan di dunia maya saat ini, menurut saya garis tipis antara naif dan moron tersebut menjadi nyata ketika meminta belas kasihan kepada aparat negara, seakan - akan kita putus asa dengan nilai - nilai kemandirian yang kita percayai didalam subkultur ini.

War Foundation, menghentak dengan sound trash metal dan hujanpun langsung berhenti, ngomong - ngomongin imut, gitarisnya g' kalah imut kok ama vokalis Lorenk Rusuck. Kerinduan saya akan munculnya band punk rock segar sepertinya terjawab dengan kehadiran Hot Chicken Shit, saya sempat jadi vokalis dadakan ketika mereka membawakan salah satu lagu "Rancid - Radio" yeah... When i got the music, i got a place to go! Umur boleh tua, tapi jiwa menolak tua, itulah Gaek Romantis, band punk dari Sawahlunto yang tidak ketinggalan untuk ambil bagian di gig ini, membawakan lagu mereka sendiri dan band ini menjadi band terakhir di sore itu karna harus break untuk azan magrib.


Setelah break beberapa menit, gig dilanjutkan dan Brother Chaos band street punk dari Padang Panjang kembali membuka gigs ini. Johny Indo band proyekan habis maen bubar yang terdiri dari gabungan beberapa band DIY padang pun sudah siap dengan senjata mereka, pria - pria bertato yang mencoba meluruskan persepsi masyarakat dominan tentang tato, mengutip kalimat sang gitaris "tato bukanlah kriminal, tapi karya seni, kalaupun ada orang bertato yang melakukan tindakan kriminal, itu kan orangnya, bukan tatonya!", jangan ampe bubar deh, harus berlanjut. Lanjut bersama Riot Is Patriot, giliran saya ambil bagian, tapi saya g' bisa cerita banyak karna sibuk mondar - mandir dengan mic.

Tiba saatnya giliran Turun Aksi, band yang baru aja mengeluarkan EP mereka yang berjudul "Berkata Buktikan", membuat moshpit menjadi liar dengan membawakan seluruh lagu yang ada didalam EP mereka. Familly Brother, dari sekian banyak gig DIY yang pernah ada di kota Padang, band ini selalu hadir untuk memberikan support, salut! penampilan yang sangat menghibur dan asik ketika mereka membawakan anthem lawas "Damar Brotherhood". Proximaglotis menjadi band terakhir di gig ini, sebuah pemandangan yang menarik ketika band metal dari Sawahlunto ini memainkan salah satu lagu dari band punk "Turtle jr - Bakar Bendera". Sebuah penutup yang sempurna untuk gig ini.




Trima kasih untuk Baiyo Iyo Kolektif dan Permindo Street Punk untuk gignya yang sangat keren, tetap semangat karna masi ada PR yang harus diselesaikan.  



0 komentar:

Posting Komentar