Ini Padang Bung! (Tour Sumatra Milisi Kecoa)



Mungkin bisa di bilang saya berserta teman - teman lainnya di Padang sudah lama merencanakan untuk menarik band ini agar bisa berkunjung dan merasakan atsmosfer gig di kota padang, beruntung pada bulan April 2012 saya di hubungi oleh salah satu personel Milisi Kecoa yang merencanakan untuk melakukan tour Sumatra di bulan Mei 2012 dan Padang adalah salah satu tujuan mereka.

Ada beberapa alasan yang membuat kita semakin yakin dan bersemangat untuk mencari segala solusi agar rencana tersebut bisa diwujudkan, karna kita percaya bahwa untuk mewujudkan sebuah scene atau komunitas yang kuat, nilai – nilai sejarah dan edukasi adalah faktor yang paling utama, adapun beberapa alasan tersebut adalah;

- Milisi Kecoa adalah band yang sangat kuat secara lirikal

Lirik mereka yang berbicara tentang hal – hal nyata yang bisa kita temui didalam kehidupan sehari seperti masalah sosial, ekonomi dan politik yang membuat kita sadar bahwa banyak hal – hal yang g’ beres disekitarmu, memilih untuk apatis dan tidak peduli adalah sebuah tindakan yang keliru karena ketidakpedulian akan membuat mu semakin mudah untuk dikontrol dan dijinakkan.

Pembahasan tentang fenomena klasik yang biasa kita temui diseputar scene pun tidak luput dari perhatian mereka, mereka bercerita tentang bagaimana susahnya membangun sebuah komunitas dan mengkritik para jagoan yang bagai rayap menghancurkan rumah yang susah payah dibangun oleh saudara mereka sendiri dengan keringat, tenaga dan pikiran.

- Kolektifitas dan filosofi D.I.Y.

Saya melihat bagaimana produktif dan mandirinya mereka, hanya dengan bermodalkan kreatifitas dan kolektifitas, mereka bisa mengeluarkan beberapa rilisan seperti merchandise, CD, Kaset dll, dimana keuntungan dari hasil rilisan – rilisan tersebut mereka gunakan sebagai modal untuk melakukan Tour ke berbagai kota dan tak satupun hasil dari keuntungan tersebut masuk ke kantong pribadi.

Satu hal yang perlu untuk di catat, perjalanan di Sumatra bukanlah perjalanan yang mudah, karena kurangnya fasilitas transportasi antar provinsi membuat modal perjalanan dari kota ke kota menjadi besar, hal tersebut bisa di rasakan dari jarak tempuh antar provinsi dengan rata – rata ± 8 jam perjalanan dan biaya perjalanan  dengan rata – rata Rp 100.000/org. Dengan jumlah total enam kota yang akan mereka tempuh (Pekanbaru, Padang, Muaro Bungo, Jambi, Palembang dan Lampung) jelas sudah tour Sumatra ini membutuhkan biaya yang sangat besar, namun hanya dengan bermodalkan tabungan yang mereka kumpulkan dari keuntungan yang mereka peroleh dari setiap rilisan, sepertinya tidak ada yang bisa menghentikan mereka dan hebatnya, secara tidak langsung mereka tidak merepotkan scenester atau pihak organizer yang ada di kota yang bersangkutan secara finansial.

“kita pengen tour dengan biaya sendiri, karena teman – teman membuat acara untuk kita aja, bagi kita hal tersebut sudah merepotkan” – Tremor. 




Minggu 27 Mei 2012 saat yang di tunggu - tunggu akhirnya datang juga. Menolak Diam II adalah gig yang di organize secara kolektif oleh seluruh scene Underground Padang dengan etos D.I.Y. beberapa scene tersebut diantaranya Damar Union Boys, Gerilya Hitam, Permindo Punx, Headmost, Last Brotherhood, We Stand Crew dll.

Setelah sebelumnya membakar Pekanbaru dengan gig yang berjudul “Pesta Pora Kecoa” lebih kurang pukul 21.30 W.I.B. para Kecoa menginjakkan kaki untuk pertama kalinya dikota Padang, gig telah dimulai pada pukul 19.00 W.I.B. dimana salah satu band youth crew hardcore kota Padang “Stay On” membuka gig “Menolak Diam II” dengan energi berlebih mereka dan diikuti oleh penampilan 14 Band berikutnya diantaranya; Attack To The Front, Bomb Dot Com, Compunx Campinx, Dissensate, Family Brother, Lorenk Rusuck, Overhaull, Riot Is Patriot, Season, Slush Victim, Sporadic, System 45, Underline & Yellow Pups. 



Tepat pada pukul 23.30 W.I.B, 30 menit lebih cepat dari perkiraan waktu didalam rundown yang telah disepakati, Milisi Kecoa untuk pertama kalinya merasakan gig di kota Padang yang digelar di Jamcy Café yang terletak di pinggiran kota. Seperti yang sudah saya prediksi sebelumnya, komunikasi Milisi Kecoa sangat bagus dengan para scenester yang merapat didalam moshpit, salam hangat dan tegur sapa mengalir dengan alami dan scenester Padang pun siap untuk berbagi keringat dan energi. Di buka dengan lagu “Ganyang Nasionalisme” saya merasa pesan mereka “bahwa bumi dan semua yang ada di atasnya tidak pernah bertuan” benar – benar sampai ke moshpit dan membuat mereka yang merasa terwakilkan dan sependapat tidak berhenti untuk ber-singalong

Malam itu padang benar - benar larut dalam suasana, didalam moshpit yang sempit, berdesakan, panas tidak menyurutkan niat para scenester untuk mundur kebelakang, komunikasi yang bagus beserta penjelasan tremor tentang setiap lagu yang mereka bawakan seperti menginjeksi moshpit untuk tidak kehabisan tenaga dan tentunya membuat kita sadar, bahwa kita hidup dengan masalah dan harus mencari solusi atas masalah itu sendiri.

Meskipun sempat diwarnai dengan sebuah insiden yang tidak perlu terjadi dikarenakan ada seorang teman dari luar komunitas yang tidak terbiasa dengan suasana moshpit merasa disakiti, namun kejadian yang terjadi di moshpit pun harus selesai di moshpit dan masing – masing pihak telah menunjukkan kedewasaannya dan pesta pun terus berlanjut dengan lagu “Punkrock, Terdomestikasi” sebuah lagu yang sudah ditunggu – tunggu oleh scenester kota Padang, yang menceritakan bagaimana punk rock sudah dijinakan dan punk rock bukan lagi ancaman, melainkan objek tontonan. 

 

Ada hal menarik di malam itu yang membuat saya salut dan angkat topi dengan drummer mereka, datang dari Pekanbaru dengan kondisi yang tidak fit, demam tinggi akibat cuaca yang berubah – ubah dan perjalanan yang menguras tenaga, namun hal tersebut bukanlah halangan, bahkan rasa sakit tersebut terobati dengan semangat teman – teman yang datang ke gig. Setelah memainkan beberapa lagu dengan total 12 lagu, sepertinya moshpit masih belum puas dan memaksa Milisi Kecoa untuk membawakan lagu cover-an dari Bad Brains “Attitude” yang bercerita tentang “Positive Mental Attitude” dan tremor pun menjelaskan bahwa P.M.A. tidak selalu identik dengan Straight Edge, bahkan P.M.A. tersebut sudah ada sebelum straight edge muncul ke permukaan. Dan lagu inilah yang menjadi penutup show mereka di Padang. 



Secara keseluruhan gig ini sangat memuaskan, banyak hal yang bisa di peroleh dan dibagi oleh semua pihak yang datang dan terlibat, pesan – pesan lewat lirik yang kuat bagaikan amunisi tambahan di dalam proses terwujudnya gig ini, dan kedepannya semoga banyak hal – hal hebat yang bisa kita wujudkan bersama, karena selama kita masih merasa saling membutuhkan satu sama lain, dengan semangat kolektifitas dan etos D.I.Y. apapun bisa kita lakukan dan kita tidak butuh para pemodal atau pihak – pihak yang memiliki kepentingan pribadi. Stay true!

1 komentar:

{ randhy yanas } at: 1 Juni 2012 pukul 23.43 mengatakan...

kata2 terakhirnya mantep bgt bg haha
" kita tidak butuh para pemodal atau pihak – pihak yang memiliki kepentingan pribadi"

Posting Komentar